Konsultan properti JLL Indonesia memaparkan penyebab okupansi ruang kantor di Jakarta tertahan pada beberapa bulan terakhir.
Selama triwulan kedua 2023, tidak ada pasokan baru untuk area perkantoran di Jakarta baik di kawasan CBD (central business district) dan non-CBD.
Kawasan yang masuk ke dalam CBD atau pusat niaga terpadu adalah Kuningan, Thamrin, dan Sudirman. Sementara yang masuk non-CBD adalah sisanya seperti T.B. Simatupang.
Gedung Thamrin Nine 2 – Luminary Tower yang memiliki luas area 40 ribu m2 berada di CBD masih dalam proses pembangunan. Penyelesaian gedung ini tertunda hingga semester kedua 2023.
Begitu juga dengan kawasan non CBD, pembangunan Lippo Tower @ Holland Village yang mempunyai luas area 27 ribu m2 masih belum selesai.
Gedung perkantoran Lippo Tower ini menjadi satu-satunya pasokan untuk kawasan non-CBD pada tahun 2023.
“Untuk kawasan CBD, pasokan gedung kantor baru diperkirakan akan selesai dibangun di area Thamrin pada triwulan ke depan,” ujar Head of Research JLL Indonesia, Yunus Karim seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima oleh Investasi Properti.
“Pasokan gedung perkantoran baru, baik di kawasan CBD maupun non-CBD, diperkirakan masih akan bertambah di tahun ini,” lanjutnya.

Sumber Foto: Menteng Park Exclusive Emerald
Okupansi Ruang Kantor di Jakarta Belum Bertambah, Area yang Tersedia Masih Banyak
Meski tingkat hunian gedung perkantoran di Jakarta memang belum bertambah dalam paruh kedua tahun ini, tetapi area yang tersedia masih banyak.
Data JLL Indonesia menunjukkan bahwa ruang perkantoran yang ada di kawasan elite CBD masih seluas 7 juta meter persegi dengan rata-rata terhuni hanya 71%.
Proyeksi data yang sama menunjukkan kalau pasokan akan bertambah sebanyak 200 ribu meter persegi hingga 2027 mendatang.
Sementara, area yang masih tersedia di kawasan non-CBD seluas 3,2 juta meter persegi dengan tingkat hunian mencapai 88%.
Kawasan non-CBD akan mendapatkan pasokan ruang kantor yang baru hingga seluas 300 ribu meter persegi hingga 2027.
“Pada pertengahan tahun 2023, tingkat hunian sektor perkantoran berada di angka 70% untuk kawasan CBD dan 71% untuk kawasan non-CBD,” kata Yunus lagi.
“Jumlah permintaan yang masih terbatas menyebabkan tingkat hunian di kedua kawasan tersebut tetap tertekan, meskipun tidak ada pasokan baru pada triwulan kedua ini,” lanjutnya.
Aktivitas perusahaan penyewa pada triwulan kedua ini memang masih berjalan, tetapi masih membatasi diri untuk ekspansi.
Hal ini membuat pihak penyewa mempertimbangkan kalau ingin memperluas ruang kantor yang sudah ada.
Penyewa masih mencoba mencari ukuran kantor yang tepat dan berkualitas sebagai prioritas utama pada tahun ini.
Kalau dibandingkan triwulan ke triwulan, harga sewa di kawasan CBD menurun 2,1%, sementara di area non-CBD turun 0,6%.
Situs Investasi Properti selalu menyajikan konten terkini mengenai dunia properti seperti gedung perkantoran, ritel, hotel, hingga pergudangan.