Konsultan JLL prediksi pasar pusat data edge global pada 2026 mendatang. Perkembangan teknologi memang fantastis.
Proyeksi lonjakan teknologi yang bergantung pada data, termasuk Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan generatif (AI/Artificial Intelligence).
Hal tersebut secara global akan memerlukan dukungan infrastruktur TI (Teknologi Informasi) besar yang disediakan oleh pusat data edge.
Analisis yang dilakukan oleh perusahaan konsultan real estat global JLL memperkirakan perkembangan infrastruktur IT dan pusat data yang canggih.
Nilainya akan bernilai 317 miliar dollar AS (Rp4.880 triliun) secara global pada tahun 2026, tumbuh 107% dari 153 miliar dollar AS (Rp2.558 triliun) pada tahun 2020.
JLL mendefinisikan pusat data edge sebagai sebuah fasilitas yang membawa daya komputasi lebih dekat ke tempat data dihasilkan atau digunakan.
Secara global, pertumbuhan edge computing akan dipengaruhi, tidak hanya oleh munculnya beberapa megatrend berbasis teknologi.
Namun, hal di atas juga ditopang oleh kebutuhan akan transfer data yang lebih cepat dan komputasi yang tinggi, serta faktor-faktor seperti kebijakan dan regulasi.
Dari sudut pandang infrastruktur, perusahaan dan organisasi mengandalkan edge data center untuk memproses dan menganalisis data secara real time di ujung jaringan.
Kehadirannya memudahkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan operasional yang lebih efisien.
Kehadiran infrastruktur edge IT yang berfokus pada pusat data akan mengikuti pertumbuhan perangkat IoT.
Menurut analisis JLL, diproyeksikan akan naik dengan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 9,8% selama lima tahun ke depan.
Analisis JLL terhadap survei atas karyawan pusat data pada tahun 2023 mengutip bahwa ada sejumlah faktor pendorong paling penting dalam penggunaan edge data center.
Faktor tersebut adalah permintaan terhadap latensi rendah dan bandwidth tinggi (41%) dan diikuti oleh keamanan dan privasi data (38,3%).
Perusahaan Konsultan Properti JLL Prediksi Pasar Pusat Data Edge Global Pada 2026
“Konsumen dan perusahaan akan terus beradaptasi dengan teknologi transformasional dalam kehidupan sehari-hari,” ujar EMEA Lead and Global Chair, Data Centre Solutions JLL Jonathan Kinsey seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima oleh Investasiproperti.id.
“Dan tanpa distribusi pemrosesan dan penyimpanan data di berbagai lokasi, efisiensi dan solusi mutakhir seperti IoT dan kecerdasan buatan (AI) generatif tidak akan diterima secara luas,” lanjutnya.
“Edge data center penting untuk memastikan kelancaran operasi bisnis di masa depan serta meningkatkan langkah-langkah keamanan dan melindungi terhadap potensi gangguan.” katanya lagi.
“Mengurangi latensi dengan membawa infrastruktur komputasi lebih dekat ke sumber data dan pengguna, infrastruktur IT edge akan menjadi komponen penting dalam ekonomi internasional.” imbuhnya.
Konsumen dan perusahaan yang menuntut produk dan layanan yang lebih baik seperti latensi rendah, komputasi tinggi, AI generatif, dan omnipresence (kehadiran di berbagai lokasi).
Hal di atas dapat memastikan bahwa lingkungan cloud dan masa depan edge data center tetap baik melalui pengamatan peluang.
Selain itu, kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah Afrika Utara, yang memiliki potensi pertumbuhan signifikan.
Ada peningkatan penetrasi internet dan mobile di kalangan populasi pedesaan, akan lebih mendorong peluang di pasar edge data center yang dapat dijangkau.
Di Amerika Serikat, 21% pengembangan pusat data terjadi di kawasan edge. Nah, bagaimana dengan di Indonesia? Simak artikel lainnya.
Situs Investasiproperti.id selalu menyediakan konten yang menarik mengenai perkembangan bisnis data center di dunia.