Yuk, mengintip peran arsitektur untuk restorasi bangunan lama dan jadul dalam menunjang industri pariwisata nasional.
Bagi kamu yang sering healing ke ibu kota Jawa Barat, Bandung, pasti pernah menyambangi Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika yang salah satu destinasi wisata.
Sejumlah bangunan peninggalan Hindia Belanda bergaya arsitektur Oud Indisch Stijl (gaya klasik Indies) bisa ditemui di Jalan Braga.
Sementara itu, kamu akan menjumpai bangunan bergaya art deco di Jalan Asia Afrika. Salah satunya Gedung Merdeka dan Hotel Savoy Homann.
Tidak usah heran kalau banyak bangunan peninggalan Hindia Belanda di kota ini lantaran pemerintah kolonial ingin memindahkan ibu kota dari Batavia (Jakarta) ke Bandung.
Sebenarnya, tidak hanya hanya Bandung yang masih memiliki sekeping peninggalan masa lampau yang masih ada dan dipertahankan.
Ibu kota Jawa Tengah, Semarang memiliki kawasan kota tua yang bernama Kota Lama Semarang yang menjadi destinasi wisata seperti halnya Braga.
Sejumlah restoran dan cafe bisa ditemukan dengan mudah di kawasan yang juga dikenal dengan nama Little Netherland.
Di sejumlah kota lain seperti Jakarta, Surabaya, Solo, Yogyakarta dan Kota Malang, sejumlah bangunan lawas dari zaman baheula juga masih ada ditemukan.
Beberapa di antara bangunan tersebut memang sudah beralih fungsi menjadi museum, restoran, cafe, galeri, atau lainnya.
Alih fungsi ini tentu bertujuan baik untuk menjaga bangunan peninggalan cagar budaya dan sejarah agar tetap terjaga.
Sumber Foto: Bandung.go.id
Kontribusi dan Peran Arsitektur untuk Restorasi Bangunan Lama Menjadi Lebih Kekinian
Tim redaksi Investasiproperti.id pernah bertemu dengan Muhammad Thamrin beberapa tahun lalu, tentunya untuk berbincang soal bangunan tua.
Arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memang memiliki kepedulian terhadap upaya revitalisasi dan restorasi bangunan tua.
Ia pernah terlibat dalam upaya melestarikan bangunan tua bekas pabrik kina di Kota Bandung yang kemudian beralih fungsi.
Arsitek memang berperan besar dalam revitalisasi dan restorasi bangunan jadul agar tetap terlihat seperti aslinya. Tidak ada yang berubah.
Seorang arsitek akan berusaha mempertahankan arsitektur bangunan lama untuk memperlihatkan inilah ciri khas sebuah kota.
Fasad bangunan tentu tidak boleh diubah. Biasanya, kalau ada upaya perbaikan atau renovasi maka dibuat seperti tampilan aslinya.
Begitu juga dengan interior bangunan yang tetap harus dipertahankan sesuai aslinya. Nuansa jadul biasanya begitu terasa.
Namun, upaya ini tentu tidak mudah apalagi kalau harus berbenturan dengan kepentingan ekonomi serta lemahnya penerapan hukum dalam menjaga cagar budaya dan sejarah.
Padahal kehadiran bangunan-bangunan tua dan jadul di sebuah kota tentunya menjadi jejak sejarah dan budaya sebuah bangsa.
Bagi yang pernah traveling ke Eropa, kamu akan menyaksikan kalau mayoritas bangunan dari Abad Pertengahan masih terus dipertahankan.
Setiap kota memiliki ciri khas arsitektur tersendiri sehingga orang bisa mengenali perbedaan Paris (Perancis), Roma (Italia), hingga Amsterdam (Belanda).
Tidak heran, kalau di Eropa memang jarang ditemukan gedung pencakar langit dibandingkan di Asia, Timur Tengah, atau Amerika Utara.
Sumber Foto: Budaya.jogjaprov.go.id
Potensi Ekonomi Selfienomics dan Bangunan Tua di Indonesia
Restorasi dan revitalisasi bangunan tua sehingga memiliki fungsi kekinian tentu bisa menjadi cara untuk mempertahankannya.
Kalau banyak orang merasa bangunan tua harus dirobohkan agar bisa mendirikan gedung yang lebih baru dengan manfaat ekonomi lebih baik, maka harus ada upaya yang serupa.
Bangunan tua tentu dapat dialihfungsikan menjadi galeri, museum, cafe, restoran, hingga hotel yang memiliki nuansa berbeda dengan bangunan kekinian.
Alih fungsi ini tentu memiliki potensi ekonomi karena orang mau datang untuk berkunjung, makan, menginap, atau aktivitas lainnya.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan kebiasaan orang masa kini yang suka berswafoto terutama tempat yang unik.
“Ada kecenderungan selfienomics, orang suka selfie. Bangunan tua itu secara visual lebih menarik, karena unik, karena langka. Orang mau berfoto di situ, kemudian viral,” kata Thamrin.
Orang terbiasa mengunggah swafoto mereka di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya.
Belakangan, orang memiliki hobi baru yaitu membuat video pendek yang kemudian diunggah ke TikTok, media sosial yang sedang tren.
Hmm, sayangnya memang belum ada berapa uang yang dihasilkan dengan kebiasaan orang mengunggah foto, video, dan cerita di media sosial.
Nah, bayangkan kalau bangunan lama dan jadul masih bisa dipertahankan dan beralih fungsi menjadi kekinian serta memiliki potensi ekonomi sehingga sebuah kota memiliki ciri khas yang berbeda.
Situs Investasiproperti.id selalu menghadirkan konten menarik mengenai upaya revitalisasi dan restorasi bangunan tua di Indonesia.
